Tulisan ini berisi
refleksi penulis, tidak bermaksud membentuk pandangan negatif terhadap Gereja
maupun sejarah peradaban dan pengetahuan manusia. Penulis berharap tulisan pada
artikel MeemCode kali ini mendapat kritikan, masukan ataupun saran dari mims
sekalian.
Penulis ucapkan
terimakasih telah setia membaca dan tetap mengunjungi MeemCode, salam cinta
kasih dari penulis(MCS).
Sumber gambar : Pixabay.com |
Bagian I | Ilmu, Akal, Fikiran dan Tuhan Manusia
Pada hakikatnya
manusia memiliki ilmu, karena manusia itu memiliki akal dan fikiran.
Ilmu
pengetahuan dapat menghasilkan sesuatu hal yang berguna dan penulis percaya
bahwa ujung dari pengetahuan yang kita cari selama ini adalah kebijaksanaan.
Teman-teman mims juga harus percaya itu.
Bagi penulis,
seorang manusia maupun suatu kelompok manusia tidak dapat disebutkan
sebagai pencipta, manusia
hanyalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menjadi peniru. Yaitu “makhluk yang mencoba membuat kembali,
melakukan inovasi, membentuk kreatifias seni dari wujud-wujud yang ada dalam
benak kita, lalu lantaskah kita berfikir diri kita masing-masing adalah
pencipta”.
Bagi saya,
hakikat pencipta itu tidaklah sesederhana membuat suatu hal baru dari hal yang
telah diperbaharui sebelumnya.
Pencipta/ciptaan
harus otentik, memiliki ciri khas, berbeda, unik
dan belum pernah ada
sebelumnya.
Apakah manusia
sanggup ? Tidak.
Dengan maksud
tidak untuk mengurangi rasa cinta dan kasih saya pada Allah Yang Maha Esa di
awal ini saya jelaskan siapa yang dimaksud dengan “nya” pada judul diatas. Kata
“nya” diatas bukan merujuk pada Nya (Yang Maha Esa). Lalu siapakah “nya” yang
saya maksud ? .
Bagian II | Masyarakat, Tuhan
dan Robot (Artificial Intelligent)
Sumber gambar : Pixabay.com |
“nya” adalah
kita manusia, “nya” adalah kita yang memiliki hakikat dalam berfikir,
berinovasi dan memiliki ide, memiliki pengalaman danmengerti rasa cinta.
Setengah abad
lalu seorang peneliti muda dunia berkata bahwa bumi adalah bulat lalu mati
dengan hukuman Gereja karena apa yang ia ungkapkan adalah sebuah aib (pada masa
itu), namun kebenaran sesungguhnya adalah ketidakmampuan ‘para wakil’ Gereja
pada saat itu untuk menjelaskan dan kurangnya pemahaman tentang tata surya.
Seperti
di awal penciptaan bahwa bumi diciptakan bersama tata surya sebagai
tempat tinggal manusia dan ntuk membentuk suatu pemahaman bahwa bumi adalah
satu kesatuan yang utuh tanpa ada “pesaing yang setara” lainnya, membuat kita
seolah percaya bahwa cahaya yang kita miliki yang berasal dari matahari, dan
matahari juga mengelilingi bumi, tentunya bukan sebaliknya. Lalu bagaimana
dengan hari ini ? Teori manakah yang anda percaya ? .
Lalu masih benarkah
bila kita mengatakan bahwa kita adalah seorang pencipta ?
Bagian III | Artificial Intelligent dan Perkembangannya
Sumber gambar : Pixabay.com |
AI, Artificial
Intelligent atau dalam bahasa Indonesia adalah kecerdasan buatan suatu tindakan /kemampuan berfikir yang diadopsikan pada
robot/mesin sederhana. Perkembangan terbarunya adalah bahwa perusahaan raksasa
Google telah mampu membuat suatu Artificiall Intelligence atau Kecerdasan
Buatan yang mampu mengalahkan atlit Go. Dalam deskripsi singkatnya, mesin
tersebut dibentuk dan dirancang untuk memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan
berfikir dalam permainan untuk mengalakan lawannya. Perusahaan perangkat keras
sekaligus perangkat lunak komputer Intel juga
santer dibicarakan telah lama “bermain” dalam perkembangan teknologi dan
membuat Computer Watson.
Bagaimana dan
apa yang sudah dilakukan Computer Watson ?
Seperti halnya
film science fiction tentang
kemampuan robot ini tak kalah dengan film. Seperti kemampuan berbicara,
berfikir dan memiliki pandangan terhadap satu hal. Lalu apakah ini menjadi
ketakutan bagi kita/manusia ?
Banyak orang
berpendapat bahwa pengembangan dalam hal ini harus dihentikan, kita
harus membuat undang-undang dan peraturan. Lalu muncul hal-hal yang tidak
ubahnya dengan apa yang terjadi setengah abad yang lalu bahwa apa yang kita
percaya dan juga secara umum adalah kebenaran sejati, seakan kita mulai
menanamkan pada budaya bermasyarakat dan bersosial bagi siapapun dan baik
seseorang/kelompok yang berbeda atau tidak sama dengan kebanyakan orang patut
dihukum, dicela dan diberi peringatan tanpa kita harus melihat lebih jauh.
Benarkah
apabila kita membicarakan hal ini begitu saja ? Penulis mengakui memang benar
jika kita tidak terikat dalam norma agama, adat dan istiadat dan pastinya kita
tidak ingin bila robot mengagantikan segala peran kita dalam bermasyarakat,
bukan begitu para pembaca MeemCode ?.
Apa jadinya
bila robot menggantikan peran saya “manortor”(bentuk
tarian dalam suku Batak) dalam acara adat Batak atau menggantikan peran Pendeta
dalam Gereja, yang kita tahu bahwasanya seorang Pendeta harus dekat dan akrab
dengan anggota dan masyarakat Gereja. Maka berkurang sudah ikatan kita dengan
masyarakat dan Yang Maha Esa pada khususnya, dimana kita harap Pendeta adalah
teman berbagi dan bercerita apa yang kita rasakan sebagai suatu keutuhan
manusia yang memiliki rasa dan cinta.
Penutup | Artificial Intelligent, Masa depan dan Manusia
Sumber gambar : Pixabay.com |
Sebelumnya saya
pernah menulis tentang menara Babel bercerita mengenai
ketakutan kita akan apa yang kita rasa telah kita 'ciptakan', bayang semu dan
abu-abu pemikiran bahwa kita adalah inti namun menjadi terpinggirkan oleh apa
yang telah kita mulai dan tak sadari.
Teman-teman mims
bisa membacanya dalam artikel berikut :
Bagian pertama dan bagian kedua dari Menara Babel.
Berikut ini
saya urutkan ada beberapa harapan saya walau masih dalam bingkai pemikiran
tentang masa depan :
1. Kita tidak
perlu takut akan Artificiall Intelligence atau Kecerdasan Buatan (baca:robot)
yang akan menggantikan peran kita, kita mampu mengaturnya dan kita percaya
bahwa kita adalah satu-kesatuan ciptaan Yang Maha Esa yang berada pada puncak
level yang paling tinggi. Kita adalah pengendali atas bumi seperti yang
dinubuatkan pada kita menjadi penakluk dan penguasa atas bumi.
2. Masalah
memang datang dan pergi begitu juga dengan perubahan yang kita rasakan, kita
harus semakin kuat dengan adanya masalah, kita adalah sesuatu yang tidak
terkalahkan. Memang betul dunia kini dalam masa krisis, dan manusia harus
belajar sanitasi, menanam tumbuhan, membuat makanan dan tetap hidup.
3.Adalah
hakikat ilmu untuk berbagi adalah hal yang baik. Sebaik-baiknya manusia adalah
ia yang berguna bagi orang lain dan ujung dari ilmu pengetahuan adalah
kebijaksanaan.
Jangan lupa untuk
SHARE/BERBAGI artikel MeemCode mengenai “Para
Pencipta yang sebenarnya adalah Manusia | Manusia-manusia Artificial Intelligent“ dan Klik
BERLANGGANAN/SUBSCRIBE ya teman-teman mims sekalian, untuk mendapatkan
pemberitahuan terbaru di email kalian mengenai Artificial Intelligence atau
Kecerdasan Buatan dari situs MeemCode.
Diperbaharui tanggal 08-Oktober-2019
0 Comments